-->

skripsi pencak silat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pendidikan merupakan salah satu aspek utama sasaran pembangunan bangsa Indonesia yang orientasinya adalah  peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan suatu bagian dari upaya  untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
Untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas maka diperlukan peningkatan dan penyempurnaan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional, yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat serta perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) yang telah diatur dalam salah satu wadah  penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan.
Dalam mencapai tujuan pendidikan yang akan melahirkan manusia yang kompetitif sebagaimana yang diharapkan, oleh karena itu tujuan pendidikan jasmani memberi batasan sebagai berikut: pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mental, social, serta emosional bagi masyarakat, dengan aktifitas jasmani.                Dalam hal pembinaan olahraga kita menyadari bahwa setiap daerah mempunyai potensi yang berbeda-beda baik dalam hal pembinaan cabang olahraga, sumber daya manusia, maupun pendanaan, untuk itu daerah harus dapat meningkatkan prioritas pembinaan cabang olahraganya. Pentingnya prestasi untuk mengangkat nama perguruan maupun sekolah dan daerah, melalui kegiatan olahraga pendidikan pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, siswa atau atlit dapat menyalurkan minat dan bakat, sehingga guru/pelatih pendidikan jasmani dan kesehatan serta keterlibatan lembaga-lembaga yang terkait dalam usaha pembinaan prestasi pada cabang olahraga sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan olahraga secara khusus di Provinsi Sulawesi Tengah.
Salah satu olahraga yang sangat diminati oleh masyarakat  di Provinsi Sulawesi Tengah adalah cabang olahraga beladiri yaitu pencak silat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya pesilat Sulawesi Tengah yang mengangkat nama provinsi Sulawesi Tengah ditingkat nasional maupun ditingkat internasional.
Berdasarkan pengamatan pada setiap pembinaan olahraga pencak silat di Palu khususnya ditingkat pelajar merupakan kebutuhan dalam meningkatkan prestasi dibidang olahraga  baik tingkat  kota, provinsi, dan tingkat nasional.
Siswa SMP Negeri 19 Palu sangatlah antusias untuk mengikuti olahraga pencak silat, namun masih banyak siswa yang belum menguasai teknik dasar  olahraga pencak silat khususnya teknik dasar  yang ada dalam kategori tanding diantaranya teknik dasar langkah, kuda-kuda, tangkisan, elakan, jatuhan, pukulan dan tendangan.
Dari beberapa teknik dasar yang ada dalam olahraga pencak silat pukulan lurus merupakan salah satu teknik yang banyak di gunakan saat pertandingan. Oleh karena itu seorang atlet harus memiliki pukulan lurus yang baik dan tepat agar dapat memperoleh poin, namun kenyataan di lapangan masih banyak atlet pencak silat melakukan kesalahan pada saat melakukan pukulan lurus di sebabkan kurangnya latihan yang mempunyai pengaruh terhadap pukulan lurus tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan pada 2 jenis latihan yakni push-up dan pull-up yang ada kaitannya dengan kemampuan pukulan lurus dalam cabang olahraga pencak silat, oleh karena itu penulis ingin  mengetahui seberapa besar “  perbedaan pengaruh latihan push-up dan latihan pull-up terhadap kemampuan pukulan lurus olahraga pencak silat pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 19 Palu”.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut “ Apakah ada pengaruh latihan push-up dan latihan pull-up terhadap kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat siswa putra kelas VIII SMP Negeri 19 Palu”.

1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan pengaruh latihan push-up dan latihan pull-up terhadap kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat.




1.4  Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang di harapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1.      Menambah wawasan mahasiswa sebagai calon guru dan memberikan tambahan pengetahuan bagi guru yang menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran serta untuk memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
2.       Siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk mengatasi kekurang mampuan siswa dalam melakukan pukulan lurus, oleh karena itu hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan motivasi terhadap siswa dalam proses belajar-mengajar sehingga hasil belajar siswa yang baik dapat di capai.
3.      Memberikan sumbangan yang berarti bagi sekolah dan pengajaran tempat meneliti agar dapat mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki oleh para siswa dengan menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan efisien serta memberikan tambahan pemahaman bagi guru yang menghadapi permasalahan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
4.      Bagi peneliti sebagai bahan pedoman dalam penerapan metode pembelajaran selanjutnya dan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan kesimpulan dari penelitian tersebut.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1   Penelitian Yang Relevan
Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penelusuran terhadap penelitian – penelitian terdahulu, dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yaitu:
     Purnawan H. Sono (2011:48) “Pengaruh Latihan Beban Kettler Terhadap Kemampuan Tendangan Lurus ke Depan Dalam Cabang Olahraga Pencak Silat Pada Siswa Perguruan Satria Muda Indonesia Kota Palu”. Data tersebut disusun dan dianalisis dengan menngunakan uji-t (t-test) untuk mengetahui pengaruh pada kelompok latihan tersebut. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka hasil uji hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut:
Ada pengaruh signifikan latihan beban kettler terhadap kecepatan tendangan lurus ke depan dalam cabang olahraga pencak silat. Terbukti dari hasil pengujian uji-t berpasangan, di mana t0 = 16,022  ttabel 5% = 2.045. Dari hasil analisis data, menunjukkan bahwa latihan beban kettler memberikan p;engaruh terhadap kecepatan tendangan lurus ke depan.
     Lilis Tri Wahyuni (2011:52) “Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Tendangan Sisi (t) Dalam Cabang Olahraga Pencak Silat Nusantara Palu”. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisi korelasi dengan menggunakan program SPSS versi 15.00 pada taraf 95% atau  0,05. Hasil penellitian menyimpulkan bahwa: Terdapat hubungan daya ledak otot tungkai dengan kemampuan tendangan sisi (t) dalam cabang olahraga pencak silat, terbukti bahwa nilai rhitung (0,753) rtabel (0,632) ini menunjukkan bahwa ada hubungan daya ledak otot tungkai dengan kemampuan tendangan sisi (t) dalam olahraga pencak silat, semakin bagus daya ledak otot tungkai semakin bagus pula kemampuan tendangan sisi (t). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat di simpulkan bahwa: Terdapat hubungan yang signifikan antara daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan tendangan sisi (t) dalam cabang olahraga pencak silat. Pada keluarga pencak silat nusantara palu. Terbukti nilai rhitung (0,753)  rtabel (0,632): Yakni 56,7% di tentukan oleh daya ledak tungkai sehingga semakin bagus daya ledak tungkai semakin bagus pula kemampuan tendangan sisi (t).
Dari hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas tersebut terdapat ketidaksamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu: Perbedaan Pengaruh Latihan Push  up dan Latihan Pull  up Terhadap Kemampuan Pukulan Lurus Pada Olahraga Pencak Silat Siwa Putra Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Akan tetapi dari kedua penelitian tersebut tidak ada yang benar – benar sama dengan masalah yang akan diteliti.

2.2  Kajian Pustaka
2.2.1 Hakikat pencak silat
Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam.  Mereka menciptakan beladiri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung elang. Asal mula ilmu beladiri di nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya dan Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Haryo (2005:3) tujuan orang mempelajari seni beladiri antara lain untuk berprestasi sebagai atlet melalui cabang olahraga beladiri untuk menjaga kesehatan, untuk mengikuti pertarungan secara profesional dan sebagainya. Pencak silat telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai nama. Di semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama alirannya yaitu gayong dan cekak. Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat, dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat. Dari namanya, dapat diketahui bahwa istilah "silat" paling banyak menyebar luas, sehingga diduga bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan di  Asia Tenggara.
Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. Dalam budaya beberapa suku bangsa di Indonesia, pencak silat merupakan bagian tak terpisahkan dalam upacara adatnya. Misalnya kesenian tari Randai yang tak lain adalah gerakan silek Minangkabau kerap ditampilkan dalam berbagai perhelatan dan acara adat Minangkabau. Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing. Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini.
Menurut Utomo (2002:9)” Seni beladiri adalah seni yang menyelamatkan diri artinya seni beladiri idealnya adalah alat untuk mencari persaudaraan dan perdamain bukan sebagai sarana yang justru meregangkan hubungan manusia satu dengan manusia lainnya.”
Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)  Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.



2.2.1.1 Definisi pencak silat
Pencak silat merupakan warisan dari nenek moyang selain itu pencak silat juga lahir melalui sejarah yang cukup panjang hingga pada akhirnya telah menjadi sebuah produk seni dan budaya bangsa Indonesia yang dapat di banggakan di kanca seni bela diri dunia sebagai seni bela diri Indonesia.
Pencak silat adalah suatu metode beladiri yang diciptakan untuk mempertahankan diri dari bahaya yang dapat mengancam keselamatan dan kelangsungan hidup. Dalam kamus bahasa Indonesia, pencak silat diartikan permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang dan membela diri dengan  atau tanpa senjata. Ada juga yang mengatakan bahwa pencak silat adalah gerak bela diri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan sehingga penguasaan gerak efektif dan terkendali.
Beberapa tokoh pencak silat yang memberikan pendapatnya tentang pencak silat diantaranya :
Pencak silat adalah beladiri tradisional Indonesia yang berakar dari budaya melayu dan bisa ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Setiap daerah memiliki kekhasan ciri gerakannya sendiri-sendiri (Gunawan, 2007:8).
Menurut Mukholid (2004:126) “Pencak silat adalah cabang olahraga yang berupa hasil budaya manusia Indonesia untuk mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya terhadap lingkungan hidup, meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.”
Selanjutnya diungkapkan oleh Lubis (2004:1) “pencak silat merupakan salah satu budaya dari bangsa Indonesia. Para pendekar dan pakar pencak silat menyakini bahwa masyarakat melayu menciptakan dan menggunakan ilmu beladiri sejak masa prasejarah, karena pada masa itu manusia harus menghadapi alam yang keras dengan tujuan untuk melawan binatang buas pada akhirnya manusia mengembangkan gerak gerik beladiri.”
Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Pada saat seorang pesilat bergerak ketika bertarung, Sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat dan tepat.
Pencak silat juga merupakan seni beladiri, sehingga di dalamnya terdapat unsur keidahan dan tindakan. Pencak silat merupakan hasil budi dan akal manusia, lahir dari sebuah proses perenunngan, pembelajaran dan pengamatan. Sebagai tata gerak, pencak silat dapat disamakan dengan tarian. Bahkan pencak silat lebih kompleks, karena dalam tata geraknya terkandung unsur-unsur pembelaan diri yang tidak ada dalam tarian. Sebagai hasil budaya, pencak silat sangan kental dengan nilai dan norma yang hidup dan berlaku di masyarakat.
Saat ini, pencak silat sudah menjadi seni beladiri dunia perkembangannya cukup membanggakan pada setiap kejuaraan dunia pencak silat dilaksanakan,lima benua terwakili. Di jepang yang di kenak sebagai sumber bela diri dunia, Pencak silat pun berkembang di sana. Bahkan bangsa Amerika Serikat telah mengakui keberadaan bela diri bangsa Indonesia ini.


2.2.1.1.1 Aspek dan bentuk pencak silat
Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
  1. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.
  2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
  3. Aspek Beladiri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu beladiri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
  4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olahraga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.
Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah contoh dari aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek beladiri dan olahraga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat. Aspek olahraga dan aspek beladiri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi terkenal di Eropa.
Hariyadi (200:2) “pencak silat bukan lagi hanya berfungsi sebagai alat beladiri (teknis), namun juga sebagai sarana berolahraga (atletika), sarana mencurahkan kecintaan dan rasa keindahan (estetika) dan sebagai alat pendidikan mental dan rohani (etika).”
Bagaimanapun, banyak yang berpendapat bahwa pokok-pokok dari pencak silat terhilangkan, atau dipermudah, saat pencak silat bergabung pada dunia olah raga. Oleh karena itu, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau spiritual dari pencak silat, dan tidak mengikuti keanggotaan dan peraturan yang ditempuh oleh Persilat, sebagai organisasi pengatur pencak silat sedunia.

2.2.1.1.1.1 Kategori pencak silat
Kategori tanding
       Kategori tanding adalah salah satu bentuk pertandingan pencak silat di samping kategori Tunggal, Ganda dan Beregu. Yang di adakan digelanggang seluas 9x9 meter, Yang di lapisi matras setebal maksimal 5 cm dengan permukaannya rata, tidak memantul serta di tutup dengan alas yang tidak licin. Adapun jurus-jurus yang di gunakan dalam kategori tanding semuanya berasal dari kaidah beladiri pencak silat, namun tidak semua jurus dapat di gunakan karena dalam peraturan pertandingan ada batasan-batasan yang harus di perhatikan di antaranya bagian tubuh yang boleh di serang adalah dada, perut, punggung dan pinggang. Leher ke atas dan kemaluan di larang untuk di serang. Oleh karena itu dalam pertandingan pencak silat kategori tanding tidak akan di temukan jurus-jurus yang membahayakan dan berakibat fatal bagi lawannya.
Pertandingan pencak silat kategori tanding adalah pertandingan yang menampilkan 2 (dua) orang pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis, mengelak, menyerang sasaran dan menjatuhkan lawan, penggunaan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina serta semangat juang merupakan pola untuk mendapatkan nilai.
Kategori seni
       Untuk kategori seni dulu di kenal dengan pencak silat seni, kemudian menjadi wiragama (seni silat tunggal), wirasangha (seni silat berpasangan) serta wiraloka (seni silat beregu). Akan tetapi, sekarang lebih di kenal dengan  istilah TGR ( Tunggal, Ganda, Regu).
“Kategori tunggal adalah kategori pertandingan seni pencak silat yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus baku tunggal secara benar, tepat, mantap dan penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan bersenjata (Lubis, 2004:41)” sedangkan yang membedakan antara kategori tunggal, ganda dan regu yaitu pada jumlah peserta.
Selanjutnya, hasil keputasan Munas IPSI (2003:1) menjelaskan:
1.      Tunggal adalah:
Kategori pencak silat yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus tunggal baku secara benar,tepat dan mantap,penuh penjiwaan,dengan tangan kosong dan bersenjata serta tunduk pada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ini.

2.      Ganda adalah
Kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan dua orang pesilat dari kubu yang sama,memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela pencak silat yang di miliki.
3.      Regu adalah
Kategori pertandingan pencak silat yang menampilkan tiga orang pesilat dari kubu yang sama memperagakan kemahirannya dalam jurus regu baku secara benar,tepat,mantap,penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam kategori ini.

2.2.2 Hakikat pukulan lurus
Pukulan lurus adalah pukulan yang di lakukan sejajar dengan bahu dengan tangan di kepal. Teknik pukulan terbagi atas pukulan depan, bawah, atas, samping dan pukulan siku.
Menurut Mukholid (2004:127) pukulan dalam pencak silat merupakan salah satu serangan yang menggunakan lengan atau tangan, setiap serangan mempunyai unsur : 1.sikap tangan atau lengan sebagai alat serang, 2. Sikap kuda-kuda dan 3. Sikap tubuh. Sikap kuda-kuda maksudnya adalah suatu sikap tangkai atau kaki yang menyesuaikan jenis serangan (pukulan) yang di gunakan dan tergantung pada situasi yang ada, pada dasarnya sikap tangkai (kuda-kuda) saat menyerang adalah situasional sekali, dan berat badan biasanya pindah ke tungkai yang terdekat dengan sasaran.
Hal ini dalam rangka untuk meraih keuntungan dalam penggunaan tenagayang efektif dan jangkauan yang lebih jauh ke arah sasaran, sedangkan sikap tubuh maksudnya adalah sikap tbuh dalam mengkoordinasikan gerakan yang menggunakan togok anggota tubuh dan tubuh secara keseluruhan. Kecondongan tubuh ke arah sasaran saat mengenai sasaran, dan salah satu bahu yang berada pada posisi sedekat mungkin ke arah sasaran merupakan hal yang sangat penting dalam usaha penyerangan dengan tangan atau lengan (pukulan).
Kekuatan tangan yang di salurkan melalui kepalan mempengaruhi sekali pada hasil yang di capai dalam menjatuhkan lawan. Walaupun ada titik-titik tertentu yang menjadi kelemahan, namun hal yang paling mendukung adalah kerasnya kepalan tangan dan kekuatan kuda-kuda, sehingga dapat di pastikan telaknya pukulan tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat di gambarkan posisi dan teknik pukulan lurus sebagai berikut:
·         Menggunakan kuda-kuda dasar.
·         Pandangan lurus ke depan dan melakukan teknis pukulan lurus seperti gambar dibawah ini.
 
Gambar 2.1 Bentuk pukulan lurus dari depan




2.2.3 Hakikat latihan push up
Latihan push-up atau latihan beban adalah salah satu bentuk latihan yang banyak di gunakan dalam berbagai kegiatan olahraga untuk meningkatkan prestasi yang maksimal.
Latihan berbeban adalah salah satu latihan yang di berikan oleh para pelatih olahraga kepada atlet dan olahragawan untuk mencapai prestasi yang maksimal, latihan harus dilaksanakan dengan cara yang sistematis berulang-ulang dengan kian hari kian bertambah beban latihannya terkontrol dan terprogram dengan baik. Dengan demikian siswa atau atlet dapat melaksanakan latihan dengan sungguh-sungguh  (Roji, 2009:65).
Muklis (2009:24) mengemukakan latihan push up adalah suatu jenis senam kekuatan yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep maupun trisep. Posisi awal tidur tengkurap dengan tangan disisi kiri kanan badan. Kemudian badan didorong ke atas dengan kekuatan tangan posisi kaki dan badan tetap lurus atau tegap. Setelah itu, badan diturunkan dengan tetap menjaga kondisi badan dan kaki tetap lurus. Badan turun tanpa menyentuh lantai atau tanah, naik lagi dan dilakukan secara berulang.
Dari beberapa pengertian yang di kemukakan di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan latihan berbeban adalah untuk membentuk perkembangan kekuatan otot-otot tertentu, bentuk latihan push-up sebagai salah satu latihan otot lengan sehingga dengan latihan yang baik akan menghasilkan suatu tolakan yang baik pula.
Push up merupakan salah satu latihan beban yang sangat baik di lakukan manfaatnya adalah untuk menguatkan otot dada, bahu, lengan dan dapat mengatur pernapasan.
Manfaat latihan Push Up, antara lain:( Roji,2009:66)
1.               Push Up menguatkan otot Lengan, Bahu dan Dada. Gerakan push up yang terpusat pada tubuh bagian atas akan membuat dada dan bahu anda kuat dan tegap, lengan anda sebagai pusat penggerak akan mempunyai otot yang kekar dan kuat.
2.               Push Up juga membuat anda tidak mudah terkilir, terutama pada bagian lengan dan bahu. Selain kuat otot lengan dan tubuh bagian atas menjadi lebih lentur.
3.               Push Up membantu melancarkan aliran darah ke kepala.
Gambar 2.2 Push up

Jelas bahwa dengan latihan push-up yang baik akan menghasilkan kondisi fisik yang sangat di butuhkan oleh para atlet. dengan demikian latihan push-up merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pukulan lurus yang baik. Hal ini juga harus di tunjang dengan latihan dan program yang susun secara sistematis dan terus menerus sehingga apa yang di harapkan bisa tercapai terutama pada prestasi pencak silat.


2.2.4 Hakikat latihan pull up
Pull up merupakan salah satu latihan otot punggung (lattisimus dorsi) terbaik yang dilakukan dengan bergantungan pada sebuah palang/bar besi dan menarik tubuh sampai dagu bisa sejajar (atau sedikit di atas) dengan bar tersebut. Posisi kaki bisa lurus maupun ditekuk, namun umumnya adalah dengan menekuk kaki. Latihan ini terutama melibatkan otot biceps dan forearms, oleh sebab itu kunci untuk dapat memainkan pull up dengan baik adalah melatih kekuatan pada biceps dan forearms anda.
Suherman (2005:12) Tradisional pull up bergantung pada kekuatan tubuh bagian atas tanpa berayun. Target latihan murculus latisimus dorsi terutama otot dibagian lengan. Pull up yang mana tujuannya untuk melatih kekuatan otot lengan.
Ibrahim (2005:85) Pull up merupakan  salah satu bentuk latihan yang dapat menguatkan otot lengan sehingga dapat bermanfaat pada olahraga yang membutuhkan otot lengan.
Dalam melakukan pull up dengan performa yang baik, fokuskan kekuatan anda pada siku bukan pada genggaman anda. Jika anda fokus pada genggaman tangan, maka otot biceps akan menerima pengaruh yang lebih besar daripada otot punggung anda. Dengan melakukan pull up, otot punggung, bahu, dada, dan triceps akan terlatih dengan baik.
Cara Melakukan Pull Up (Roji, 2009:53)
Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan untuk melakukan latihan pull up:
• Posisi badan menggantung dan tangan menggenggam bar
• Posisi kaki bisa disilangkan dengan lutut ditekuk ke belakang
• Posisi siku lurus
• Badan diangkat hingga dagu melewati bar
• Tarik nafas saat menurunkan badan dan hembuskan nafas saat mengangkat badan
Gambar 2.3 Pull up

Ketika anda melakukan Pull up hal utama yang harus di pertimbangkan adalah Grip. Kebanyakan orang menggunakan overhand grip (Normal pull up Grip) dengan posisi telapak mengarah ke depan, beberapa memilih underhand grip (Chin up Grip) posisi telapak mengarah ke tubuh, ada beberapa yang memilih Neutral Grip dengan posisi telapak berhadapan satu sama lain.
Pull up merupakan salah satu bentuk latihan kekuatan otot yang dapat di kembangkan melalui latihan-latihan yang intensif dan teratur. Dengan demikian latihan pull up juga mempunyai peran yang sangat penting untuk menguatkan otot-otot, terutama pada otot lengan sehingga dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat, sehingga apa yang di harapkan ke depan terutama prestasi olahraga pencak silat bisa tercapai dengan baik.


2.3  Kerangka Pemikiran
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, sesuai dengan yang di uraikan sebelumnya, maka dapat di buat suatu kerangka konsep sebagai berikut: laithan push up atau latihan pull up merupakan dua jenis latihan yang sangat membantu dalam peningkatan terhadap kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat. Latihan push  up adalah suatu jenis senam kekutan yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep maupun trisep, ( Muklis, 2009:24 ) sedangkan latihan pull up adalah salah satu bentuk latihan yang dapat menguatkan otot lengan sehingga dapat bermanfaat pada olahraga yang membutuhkan otot lengan ( Ibrahim, 2005:85 ). Kemampuan biomotorik yang mempunyai pengaruh dalan olahragapencak silat khususnya pada kemampuan pukulan lurus terdapat diantara dua jenis latihan yaitu latihan push up atau latihan pull up.

2.4  Hipotesis penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka di rumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut” terdapat perbedaan pengaruh latihan push up dan latihan pull up terhadap kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat siswa putra kelas VIII SMP Negeri 19 Palu.”



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen adalah metode yang bertujuan untuk menentukan data yang diperoleh melalui proses pegukuran untuk mendapatkan data yang objektif, kuantitatif dan hasilnya dapat diolah secara statistic dengan tujuan sejauh mana perbedaan pengaruh latihan push up dan latihan pull up terhadap kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat.

3.2  Rancangan penelitian
       penelitian yang di gunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan pre-test dan post-test group (Arikunto,2006:85) yang di gambarkan sebagai berikut:

Kelompok
Pretest
Treatment
Posttest


R


A
B
C


-


Tabel 3.1 Desain Penelitian


Keterangan:
A : Kelompok yang akan melakukan latihan push up
B : Kelompok yang akan melakukan latihan pull up
C : Kelompok Kontrol
 :  Tes awal kelompok latihan push up
 : Tes awal kelompok latihan pull up
3.1   :   Tes Awal Kelompok Kontrol
    : Latihan push up
    :  Latihan pull up
     Konvensional
  : Tes akhir kelompok latihn push up
  : Tes akhir kelompok latihan pull up
3.2    :  Tes Akhir Kelompok Kontrol

3.3   Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Palu. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan 2 minggu terhitung sejak dikeluarkannya izin meneliti hingga batas waktu yang ditentukan.

3.4   Populasi dan Sampel
Populasi
Sugiyono (2002:57) memeberikan pengertian bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 19 Palu yang berjumlah keseluruhan 50 orang
Sampel
Arikunto (2002:107 ) menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi     ( sebagian atau wakil populasi yang diteliti ). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.”
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling, artinya pengambilan sampel di lakukan secara acak, tanpa memperhatikan ukuran dan tinggi badan yang ada dalam populasi. Sehingga dari jumlah populasi 50 orang siswa putra dengan teknik pengambilan sampel secara acak maka jumlah atau besarnya sampel di tentukan sebesar 30 orang  dimana 20 orang untuk kelompok experiment(10 orang untuk kelompok latihan push up dan 10 orang untuk kelompok latihan pull up) dan 10 orang untuk kelompok control.
              
3.5  Definisi operasional Variabel
Latihan push up adalah suatu jenis senam kekuatan yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep dan trisep.
Latihan pull up merupakan salah satu latihan otot punggung ( lattisimus dorsi ) terbaik yang di lakukan dengan bergantung pada sebuah palang / bar besi dan menarik tubuh sampai dagu bisa sejajar ( atau sedikit ) dengan bar tersebut.
Pukulan lurus/ depan adalah serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal dengan titik sasarannya atas, tengah dan bawah. Jadi yang dimaksud dengan pukulan lurus di sini adalah kemampuan seseorang melakukan pukulan lurus dalam cabang olahraga pencak silat yang baik dan benar sesuai dengan peraturan yang sebenarnya.

3.6  Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif. Dan sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah  data primer. Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung dari responden yang didapatkan dengan cara eksperimen.
Populasi dalam penelitian ini addalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Berdasarkan populasi tersebut kemudian ditentukan sampel yang akan diteliti.

3.7   Pengumpulan data
Untuk pengumpulan data dalam penelitian ini di lakukan dengan menggunakan test dan pengukuran, antar lain sebagai berikut:
1. Tes latihan push up untuk kelompok push up selama 1 menit
2. Tes latihan pull up untuk kelompok pull up selama 1 menit
           3. Kelompok latihan push-up kemampuan pukulan lurus selama 1 menit
 Pelaksanaan:  Melakukan pukulan lurus pada aba-aba siap”ya”bersamaan dengan stopwatch dijalankan siswa melakukan pukulan lurus sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit. Setelah mencapai waktu 1 menit stopwatch dihentikan dan siswa berhenti melakukan pukulan lurus.
Penilaian:  Jumlah pukulan lurus yang benar dihitung berapa kali siswa mampu melakukan pukulan lurus dan hasil tes dicatat dalam blanko penilaian.
4. Kelompok latihan pull-up kemampuan pukulan lurus selama 1 menit
Pelaksanaan:   Melakukan pukulan lurus pada aba-aba siap”ya”bersamaan dengan stopwatch dijalankan siswa melakukan pukulan lurus sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit. Setelah mencapai waktu 1 menit stopwatch dihentikan dan siswa berhenti melakukan pukulan lurus.
Penilaian:  Jumlah pukulan lurus yang benar dihitung berapa kali siswa mampu melakukan pukulan lurus dan hasil siswa dicatat dalam blanko penilaian.
            5. Kelompok Kontrol kemampuan pukulan lurus selama 1 menit
 Pelaksanaan:  Melakukan pukulan lurus pada aba-aba siap”ya”bersamaan dengan stopwatch dijalankan siswa melakukan pukulan lurus sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit. Setelah mencapai waktu 1 menit stopwatch dihentikan dan siswa berhenti melakukan pukulan lurus.
Penilaian:  Jumlah pukulan lurus yang benar dihitung berapa kali siswa mampu melakukan pukulan lurus dan hasil siswa dicatat dalam blanko penilaian.       

3.8    Instrumen penelitian
Alat dan fasilitas yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini perlu dipersiapkan karena alat dan fasilitas pelaksanaan tes merupakan penentu tingkat validitas data yang diperoleh.
     Adapun alat dan fasilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Stopwatch
2.Blanko penilaian
3.lapangan
4. Kamera ((alat dokumentasi)

3.9  Teknik Analisis Data
Analisis terhadap data hasil peningkatan kemampuan pukulan lurus dalam olahraga pencak silat. Yang di peroleh melalui kegiatan penelitian ini adalah analisis deskriptif dan inferensial yang dapat di uraikan sebagai berikut:
Analisis deskriptif
      Analisis deskriptif dalam kegiatan penelitian ini di maksudkan untuk melakukan perhitungan terhadap rata-rata simpangan baku,atau standar deviasi,pembuatan distribusi frekuensi.
Analisis inferensial
      Penggunaan analisis inferensial untuk mendapatkan perhitungan dan pengujian hipotesis, serta untuk kepentingan generalisasi hasil penelitian sebelumnya melakukan pengujian hipotesis uji-t, maka terlebih dahulu di lakukan uji persyaratan analisis yang berupa uji homogenitas varians sampel dengan menggunakan uji Bartlett adapun teknik analisis data tersebut adalah sebagaimana yang tertuang dalam uji-t


t =
Ket:
 = rata-rata kelompok 1
 = rata-rata kelompok 2
 = jumlah sampel kelompok 1
 = jumlah sampel kelompok 2
  = varians gabungan
S =
Di mana:
S     = varian gabungan
 = varian kelompok 1
 = varian kelompok 2








BAB IV
HASIL  PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Penelitian Variabel  ( Pre Test Kelompok Latihan Push – Up sebelum eksperimen )
Kegiatan penelitian ini di lakukan dengan menggunakan  metode eksperimen, karena itu diadakan pre test atau tes awal sebelum kegiatan eksperimen. Data hasil tes awal ini di beri symbol dari hasil analisis data yang dilakukan untuk variabel  diperoleh skor tertinggi 99 dan skor terendah 65 sedang skor rata – rata diperoleh  80,  standar deviasi  131,77. Distribusi hasil penelitian untuk variabel  dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.1. Daftar distribusi Frekuensi Variabel  
No.
Kelas Interval
Frekuensi
1
65 – 73
4
2
74 – 82
2
3
83 – 91
3
4
92 – 100
1
Jumlah
10




4.1.2 Deskripsi Penelitian Variabel  ( Post Test Kelompok Latihan Push – Up setelah eksperimen )
Skor data variebel  adalah skor data yang disusun setelah melakukan eksperimen. Data yang terkumpul menunjukkan skor tertinggi 127 dan skor terendah 88 sedang skor rata – rata diperoleh  109,9,  standar deviasi  212,98. Distribusi hasil penelitian untuk variabel  dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.2. Daftar distribusi Frekuensi Variabel  
No.
Kelas Interval
Frekuensi
1
88 – 97
3
2
98 – 107
1
3
108 – 117
2
4
118 – 127
4
Jumlah
10

4.1.3 Deskripsi Penelitian Variabel  ( Pre Test Kelompok Latihan Pull – Up sebelum eksperimen )
Skor data variebel  adalah skor data yang disusun sebelum melakukan eksperimen. Data yang terkumpul menunjukkan skor tertinggi 73 dan skor terendah 51 sedang skor rata – rata diperoleh  60,9,  standar deviasi  67,87. Distribusi hasil penelitian untuk variabel  dapat dilihat pada table berikut ini :



Tabel 4.3. Daftar distribusi Frekuensi Variabel  
No.
Kelas Interval
Frekuensi
1
51 – 56
3
2
57 – 62
1
3
63 – 68
2
4
69 – 74
4
Jumlah
10

4.1.4 Deskripsi Penelitian Variabel  ( Post Test Kelompok Latihan Pull – Up setelah eksperimen )
Skor data variebel  adalah skor data yang disusun setelah melakukan eksperimen. Data yang terkumpul menunjukkan skor tertinggi 99 dan skor terendah 64 sedang skor rata – rata diperoleh  78,9,  standar deviasi  144,98. Distribusi hasil penelitian untuk variabel  dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.4. Daftar distribusi Frekuensi Variabel  
No.
Kelas Interval
Frekuensi
1
64 – 72
5
2
73 – 81
1
3
82 – 90
2
4
91 – 99
2
Jumlah
10



4.1.5 Deskripsi Penelitian Variabel X3.1 ( Post Test Kelompok Kontrol sebelum  eksperimen )
Skor data variebel  adalah skor data yang disusun setelah melakukan eksperimen. Data yang terkumpul menunjukkan skor tertinggi 64 dan skor terendah 41 sedang skor rata – rata diperoleh  51,  standar deviasi  67,33, median 50,1, dan modus 48,75. Distribusi hasil penelitian untuk variabel  dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.5. Daftar distribusi Frekuensi Variabel X3.1
No.
Kelas Interval
Frekuensi
1
41 – 46
2
2
47 – 52
5
3
53 – 58
0
4
59 – 64
3
Jumlah
10

4.1.6 Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X3.2 ( Post Test Kelompok Kontrol setelah eksperimen )
Skor data variebel  adalah skor data yang disusun setelah melakukan eksperimen. Data yang terkumpul menunjukkan skor tertinggi 82 dan skor terendah 55 sedang skor rata – rata diperoleh  67,  standar deviasi  78,44. Distribusi hasil penelitian untuk variabel  dapat dilihat pada table berikut ini :


Tabel 4.6. Daftar distribusi Frekuensi Variabel X3.2
No.
Kelas Interval
Frekuensi
1
55 – 61
3
2
62 – 68
1
3
69 – 75
3
4
76 – 82
2
Jumlah
10


4.2   Pengujian Persyaratan Hipotesis
Hipotesis yang menjadi sasaran uji dalam penelitian ini adalah mengukur perbedaan pengaruh latihan push – up dan latihan pull – up terhadap kemampuan pukulan lurus. Data yang digunakan adalah skor kemampuan latihan push – up sebelum eksperimen ( ) dengan skor kemampuan latihan push – up setelah eksperimen ( ), skor latihan pull – up sebelum eksperimen (  ) dengan skor kemampuan latihan pull – up setelah eksperimen (  ), skor tes awal kelompok kontrol (X3.1) dengan skor tes akhir kelompok kontrol (X3.2). Untuk kepentingan ini, pengujian persyaratan analisis yang digunakan adalah uji homogenitas varians sampel
Tabel 4.7. Daftar Hasil Pengujian Homogenitas Data
No.
Homogenitas
Kesimpulan
1.
 dengan  
0,62
3,84
Homogen
2.
  dengan  
1,26
3,84
Homogen
3.
X3.1    dengan   X3.2
0,05
3,84
Homogen
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh nilai  lebih kecil dari nilai  dimana  = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian untuk seluruh variabel memiliki varians yang homogen.

4.3   Pengujian Hipotesis
H0
0
Gambar 4.7. Kurva penerimaan dan penolakan hipotesis (  dan )
- 2,10
2,10
H1
H1
- 5,17
Dengan berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata untuk uji dua pihak. Dalam pengujian ini dilakukan pengujian hipotesis komparasi  antara  dengan . Hasil pengujian menunjukkan  harga   sebesar  - 5,17, sedang dari daftar  distribusi diperoleh   sebesar 2,10. Ternyata harga  lebih kecil dari   atau harga  telah berada diluar daerah penerimaan . Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa   ditolak dan dapatt menerima . Untuk jelasnya dapat dilihat pada kurva.






Dengan berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata untuk uji dua pihak.  Dalam pengujian ini dilakukan pengujian hipotesis komparasi  antara  dengan . Hasil pengujian menunjukkan  harga   sebesar  - 3,96, sedang dari daftar  distribusi diperoleh   sebesar 2,10. Ternyata harga  lebih kecil dari   atau harga  telah berada diluar daerah penerimaan . Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa   ditolak dan dapatt menerima . Untuk jelasnya dapat dilihat pada kurva.


H0
0
Gambar 4.8. Kurva penerimaan dan penolakan hipotesis (  dan )
- 2,10
2,10
H1
H1
- 3,96
 











Dengan berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata untuk uji dua pihak.  Dalam pengujian ini dilakukan pengujian hipotesis komparasi  antara X3.1 dengan X3.2. Hasil pengujian menunjukkan  harga   sebesar  - 4,26, sedang dari daftar  distribusi diperoleh   sebesar 2,10. Ternyata harga  lebih kecil dari   atau harga  telah berada diluar daerah penerimaan . Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa   ditolak dan dapat menerima . Untuk jelasnya dapat dilihat pada kurva.

H0
0
Gambar  4.9. Kurva penerimaan dan penolakan hipotesis (X3.1 danX3.2 )
- 2,10
2,10
H1
H1
- 4,26
 











Dengan berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata untuk uji dua pihak.  Dalam pengujian ini dilakukan pengujian hipotesis komparasi  antara  dengan . Hasil pengujian menunjukkan  harga   sebesar   5,26, sedang dari daftar  distribusi diperoleh   sebesar 2.05. Ternyata harga  lebih besar dari   atau harga  telah berada di daerah penerimaan . Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa   ditolak dan dapat menerima . Untuk jelasnya dapat dilihat pada kurva.


H0
0
- 2,10
2,10
5,26
Gambar  4.10. Kurva penerimaan dan penolakan hipotesis (  dan )
H1
H1
 










                                                                                                              
Dengan berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata untuk uji dua pihak.  Dalam pengujian ini dilakukan pengujian hipotesis komparasi  antara  denganX3.2 . Hasil pengujian menunjukkan  harga   sebesar   2,56, sedang dari daftar  distribusi diperoleh   sebesar 2.05. Ternyata harga  lebih besar dari   atau harga  telah berada di daerah penerimaan . Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa   ditolak dan dapat menerima . Untuk jelasnya dapat dilihat pada kurva.







 2,56
Gambar  4.11. Kurva penerimaan dan penolakan hipotesis (  danX3.2 )
H0
0
- 2,10
2,10
H1
H1
 








Dengan berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata untuk uji dua pihak.  Dalam pengujian ini dilakukan pengujian hipotesis komparasi  antara  dengan X3.2 . Hasil pengujian menunjukkan  harga   sebesar   8,07, sedang dari daftar  distribusi diperoleh   sebesar 2.05. Ternyata harga  lebih besar dari   atau harga  telah berada diluar daerah penerimaan . Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa   ditolak dan dapat menerima . Untuk jelasnya dapat dilihat pada kurva.










H0
0
88,07
Gambar  4.12. Kurva penerimaan dan penolakan hipotesis (  dan X3.2 )
- 2,10
2,10
H1
H1
 








4.4  Pembahasan
Dengan memperhatikan hasil pengujian hipotesis, baik komparasi antara  dengan , komparasi antara  dengan , komparasi antara X3.1 dengan X3.2,  maupun komparasi antara  dengan , komparasi antara  dengan X3.2 dan komparasi antara  dengan X3.2 , menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara skor latihan push – up, latihan pull – up dan kelompok kontrol.  Dengan demikian, hipotesis  yang berbunyi “ perbedaan pengaruh latihan push – up dan latihan pull – up terhadap kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat siswa putra SMP Negeri 19 Palu “ dapat diterima.
Penelitian ini dilakukan terhadap dua bentuk latihan yaitu latihan push – up dan latihan pull – up, untuk mengetahui perbedaan hasil dari keduanya dan untuk memperoleh gambaran tentang latihan yang lebih efektif digunakan dalam meningkatkan kemampuan pukulan lurus pada siswa SMP Negeri 19 Palu.
Bentuk latihan push – up merupakan suatu jenis senam kekuatan yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep maupun trisep, sehingga  latihan ini sangat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan pukulan lurus, dibandingkan dengan latihan pull – up. Sehingga latihan push – up lebih baik digunakan untuk meningkatkan kemampuan pukulan lurus.
Dari hasil eksperimen yang dilakukan, menunjukkan adanya gambaran bahwa setiap siswa yang mengikuti latihan pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti latihan. Namun hal ini perlu ditunjang adanya kedisiplinan dalam latihan yang dilakukan secara intensif dan teratur.
Kendala yang dihadapi selama pelaksanaan eksperimen, antara lain berupa keterbatasan waktu latihan yang telah dijadwalkan, dan ketidakdisiplinan siswa dalam mengikuti latihan diakibatkan kondisi yang kurang mendukung.









BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi”Terdapat Perbedaan Pengaruh latihan Push up dan Latihan Pull up Terhadap Kemampuan Pukulan Lurus Pada Olahraga Pencak Silat Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu” dapat diterima dengan  lebih besar dari  atau harga  telah berada diluar daerah penerimaan H0 ditolak dan dapat menerima H1. Dalam hal ini upaya peningkatan prestasi siswa dalam olahraga pencak silat khususnya kemampuan pukulan lurus dapat dilakukan melalui pelaksanaan latihan yang intensif dan terprogram.

5.2 Saran
Sehubungan dengan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1.      Dalam rangka meningkatkan prestasi siswa pada cabang olahraga pencak silat, maka sangat diharapkan peran serta dan partisipasi dari pihak pemerintah untuk dapat memberikan dukungan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan latihan.
2.      Untuk mengintensifkan pelaksanaan latihan pada olahraga pencak silat, peran serta orang tua sangat dibutuhkan terutama dalam memberikan motivasi dan pengawasan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak diluar jam sekolah.














DAFTAR PUSTAKA

Suherman, Adang  (2005).   Asesmen Belajar  Dalam  Pendidikan                                          Jasmani. Jakarta: Erlangga

Gunawan, Arief Gugun. ( 2007). Beladiri. Yogyakarta: PT Insan Madani.
Kotot, R Hariyadi. (2002). Teknik Dasar Pencak Silat Tanding, Seni Bela Diri. Jakarta: PT Dian Rakyat.

Sono, H. Purnawan. (2011). Pengaruh Latihan Beban Kettler Terhadap Kemampuan Tendangan Lurus ke Depan Dalam Cabang Olahraga Pencak Silat Pada Siswa Perguruan Satria Muda Indonesia Kota Palu. Skripsi Sarjana Pada FKIP Universitas Tadulako Palu : Tidak Diterbitkan.

Haryo, Ben. (2005). Seniman Beladiri (Martial Artist). Jakarta Selatan: Fukaseba    Publications.
Lubis, Johansyah. (2004). Pencak Silat (Paduan Praktis) Devisi Buku Olahraga. Jakarta: Rajawali Sport.

Mukholid, Agus.( 2004). Pendidikan Jasmani Kelas 1 SMA. Surakarta: Yudistira.
Muklis.( 2009). Kesegaran Jasmani. Surabaya: PT Temprina Media Grafika
Munas   IPSI.(2003). Peraturan Pertandingan Pencak Silat IPSI. DKI JAYA: Pengurus Besar IPSI.
Rusli, Ibrahim. (2005). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Intan Pariwara
Roji. (2009). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas 3 SMP. Jakarta: Erlangga.
----. (2009). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas 2 SMP. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2000). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit CV. Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pemdekatan dan Praktik. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Tri, Wahyuni Lilis. (2011). Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Tendangan Sisi (T) Dalam Cabang Olahraga Pencak Silat Nusantara Palu. Skripsi Sarjana Pada FKIP Universitas Tadulako Palu : Tidak Diterbitkan.
Utomo, Bambang. (2002). Aikido (Seni Beladiri Dan Filosofi ). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.






















LihatTutupKomentar