BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Dewasa ini, pendidikan
merupakan salah satu aspek utama sasaran pembangunan bangsa Indonesia yang
orientasinya adalah peningkatan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan
merupakan suatu bagian dari upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
Untuk mewujudkan bangsa
Indonesia yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas maka diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional, yang
sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat serta perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK )
yang telah diatur dalam salah satu wadah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan
kurikulum yang telah ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan.
Dalam
mencapai tujuan pendidikan yang akan melahirkan manusia yang kompetitif
sebagaimana yang diharapkan, oleh karena itu tujuan pendidikan jasmani memberi
batasan sebagai berikut: pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari
pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk mengembangkan kebugaran
jasmani, mental, social, serta emosional bagi masyarakat, dengan aktifitas
jasmani. Dalam hal pembinaan olahraga kita menyadari
bahwa setiap daerah mempunyai potensi yang berbeda-beda baik dalam hal
pembinaan cabang olahraga, sumber daya manusia, maupun pendanaan, untuk itu
daerah harus dapat meningkatkan prioritas pembinaan cabang olahraganya.
Pentingnya prestasi untuk mengangkat nama perguruan maupun sekolah dan daerah,
melalui kegiatan olahraga pendidikan pada mata pelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan, siswa atau atlit dapat menyalurkan minat dan bakat, sehingga
guru/pelatih pendidikan jasmani dan kesehatan serta keterlibatan
lembaga-lembaga yang terkait dalam usaha pembinaan prestasi pada cabang
olahraga sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan olahraga secara khusus di
Provinsi Sulawesi Tengah.
Salah
satu olahraga yang sangat diminati oleh masyarakat di Provinsi Sulawesi Tengah adalah cabang
olahraga beladiri yaitu pencak silat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya
pesilat Sulawesi Tengah yang mengangkat nama provinsi Sulawesi Tengah ditingkat
nasional maupun ditingkat internasional.
Berdasarkan
pengamatan pada setiap pembinaan olahraga pencak silat di Palu khususnya
ditingkat pelajar merupakan kebutuhan dalam meningkatkan prestasi dibidang
olahraga baik tingkat kota, provinsi, dan tingkat nasional.
Siswa
SMP Negeri 19 Palu sangatlah antusias untuk mengikuti olahraga pencak silat, namun
masih banyak siswa yang belum menguasai teknik dasar olahraga pencak silat khususnya teknik
dasar yang ada dalam kategori tanding diantaranya
teknik dasar langkah, kuda-kuda, tangkisan, elakan, jatuhan, pukulan dan
tendangan.
Dari
beberapa teknik dasar yang ada dalam olahraga pencak silat pukulan lurus
merupakan salah satu teknik yang banyak di gunakan saat pertandingan. Oleh
karena itu seorang atlet harus memiliki pukulan lurus yang baik dan tepat agar
dapat memperoleh poin, namun kenyataan di lapangan masih banyak atlet pencak
silat melakukan kesalahan pada saat melakukan pukulan lurus di sebabkan
kurangnya latihan yang mempunyai pengaruh terhadap pukulan lurus tersebut.
Dalam
penelitian ini peneliti menitikberatkan pada 2 jenis latihan yakni push-up dan
pull-up yang ada kaitannya dengan kemampuan pukulan lurus dalam cabang olahraga
pencak silat, oleh karena itu penulis ingin
mengetahui seberapa besar “ perbedaan
pengaruh latihan push-up dan latihan pull-up terhadap kemampuan pukulan lurus
olahraga pencak silat pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 19 Palu”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah di uraikan di atas maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut “ Apakah ada pengaruh latihan push-up dan latihan pull-up
terhadap kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 19 Palu”.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan pengaruh
latihan push-up dan latihan pull-up terhadap kemampuan pukulan lurus
pada olahraga pencak silat.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun
manfaat yang di harapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1.
Menambah wawasan
mahasiswa sebagai calon guru dan memberikan tambahan pengetahuan bagi guru yang
menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam kegiatan pembelajaran serta untuk
memotivasi guru untuk lebih kreatif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
2.
Siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai bahan untuk mengatasi kekurang mampuan siswa dalam melakukan pukulan
lurus, oleh karena itu hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan
motivasi terhadap siswa dalam proses belajar-mengajar sehingga hasil belajar
siswa yang baik dapat di capai.
3.
Memberikan
sumbangan yang berarti bagi sekolah dan pengajaran tempat meneliti agar dapat
mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki oleh para siswa dengan menggunakan
metode pembelajaran yang efektif dan efisien serta memberikan tambahan
pemahaman bagi guru yang menghadapi permasalahan dalam Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM).
4.
Bagi peneliti
sebagai bahan pedoman dalam penerapan metode pembelajaran selanjutnya dan dapat
memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Penelitian Yang Relevan
Untuk menghindari duplikasi, peneliti
melakukan penelusuran terhadap penelitian – penelitian terdahulu, dari hasil
penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh beberapa masalah yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti yaitu:
Purnawan H. Sono (2011:48) “Pengaruh Latihan Beban Kettler Terhadap
Kemampuan Tendangan Lurus ke Depan Dalam Cabang Olahraga Pencak Silat Pada
Siswa Perguruan Satria Muda Indonesia Kota Palu”. Data tersebut disusun dan
dianalisis dengan menngunakan uji-t (t-test) untuk mengetahui pengaruh pada
kelompok latihan tersebut. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka
hasil uji hipotesis dapat dikemukakan sebagai berikut:
Ada pengaruh
signifikan latihan beban kettler
terhadap kecepatan tendangan lurus ke depan dalam cabang olahraga pencak silat.
Terbukti dari hasil pengujian uji-t berpasangan, di mana t0 = 16,022
ttabel 5% = 2.045. Dari hasil
analisis data, menunjukkan bahwa latihan beban kettler memberikan p;engaruh terhadap kecepatan tendangan lurus ke
depan.
Lilis Tri Wahyuni (2011:52) “Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap
Kemampuan Tendangan Sisi (t) Dalam Cabang Olahraga Pencak Silat Nusantara Palu”.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisi korelasi dengan
menggunakan program SPSS versi 15.00 pada taraf 95% atau
0,05. Hasil penellitian menyimpulkan bahwa:
Terdapat hubungan daya ledak otot tungkai dengan kemampuan tendangan sisi (t)
dalam cabang olahraga pencak silat, terbukti bahwa nilai rhitung
(0,753) rtabel (0,632) ini menunjukkan bahwa ada hubungan daya ledak
otot tungkai dengan kemampuan tendangan sisi (t) dalam olahraga pencak silat,
semakin bagus daya ledak otot tungkai semakin bagus pula kemampuan tendangan
sisi (t). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat di simpulkan
bahwa: Terdapat hubungan yang signifikan antara daya ledak otot tungkai
terhadap kemampuan tendangan sisi (t) dalam cabang olahraga pencak silat. Pada
keluarga pencak silat nusantara palu. Terbukti nilai rhitung (0,753)
rtabel (0,632): Yakni 56,7% di
tentukan oleh daya ledak tungkai sehingga semakin bagus daya ledak tungkai
semakin bagus pula kemampuan tendangan sisi (t).
Dari
hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan diatas tersebut terdapat
ketidaksamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu:
Perbedaan Pengaruh Latihan Push up dan Latihan Pull up Terhadap Kemampuan
Pukulan Lurus Pada Olahraga Pencak Silat Siwa Putra Kelas VIII SMP Negeri 19
Palu. Akan tetapi dari kedua penelitian tersebut tidak ada yang benar – benar
sama dengan masalah yang akan diteliti.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Hakikat pencak silat
Nenek moyang bangsa Indonesia telah
memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan
kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam. Mereka menciptakan beladiri dengan menirukan
gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau,
ular, atau burung elang. Asal mula ilmu beladiri di nusantara ini kemungkinan
juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan
berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti
dalam tradisi suku Nias yang hingga
abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan
tetapi asal mulanya belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan
besar, seperti Sriwijaya dan Majapahit disebutkan
memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela diri dan dapat
menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat
diandalkan. Haryo
(2005:3) tujuan orang mempelajari seni beladiri antara lain untuk berprestasi
sebagai atlet melalui cabang olahraga beladiri untuk menjaga kesehatan, untuk
mengikuti pertarungan secara profesional dan sebagainya. Pencak silat
telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai nama.
Di semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih
dikenal dengan nama alirannya yaitu gayong
dan cekak. Di Thailand, pencak
silat dikenal dengan nama bersilat,
dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat. Dari namanya, dapat diketahui bahwa istilah
"silat" paling banyak menyebar luas, sehingga diduga bahwa bela diri
ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan di Asia Tenggara.
Perkembangan silat secara historis
mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama
Islam pada abad
ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan
bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi
bagian dari latihan spiritual. Dalam budaya beberapa suku bangsa di Indonesia,
pencak silat merupakan bagian tak terpisahkan dalam upacara adatnya. Misalnya
kesenian tari Randai yang tak lain
adalah gerakan silek Minangkabau
kerap ditampilkan dalam berbagai perhelatan dan acara adat Minangkabau. Silat
lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari
pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing. Silat saat ini
telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam
pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung
Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu
di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lainnya yang
juga mengembangkan beladiri ini.
Menurut Utomo (2002:9)” Seni beladiri adalah seni yang
menyelamatkan diri artinya seni beladiri idealnya adalah alat untuk mencari
persaudaraan dan perdamain bukan sebagai sarana yang justru meregangkan
hubungan manusia satu dengan manusia lainnya.”
Menyadari pentingnya mengembangkan
peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang
bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di
seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat
nasional tertua di dunia.
2.2.1.1 Definisi pencak silat
Pencak
silat merupakan warisan dari nenek moyang selain itu pencak silat juga lahir
melalui sejarah yang cukup panjang hingga pada akhirnya telah menjadi sebuah
produk seni dan budaya bangsa Indonesia yang dapat di banggakan di kanca seni
bela diri dunia sebagai seni bela diri Indonesia.
Pencak silat adalah suatu metode beladiri yang diciptakan
untuk mempertahankan diri dari bahaya yang dapat mengancam keselamatan dan
kelangsungan hidup. Dalam kamus bahasa Indonesia, pencak silat diartikan
permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis,
menyerang dan membela diri dengan atau
tanpa senjata. Ada juga yang mengatakan bahwa pencak silat adalah gerak bela
diri tingkat tinggi yang disertai dengan perasaan sehingga penguasaan gerak
efektif dan terkendali.
Beberapa tokoh pencak silat yang memberikan pendapatnya
tentang pencak silat diantaranya :
Pencak
silat adalah beladiri tradisional Indonesia yang berakar dari budaya melayu dan
bisa ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Setiap daerah memiliki
kekhasan ciri gerakannya sendiri-sendiri (Gunawan, 2007:8).
Menurut
Mukholid (2004:126) “Pencak silat adalah cabang olahraga yang berupa hasil
budaya manusia Indonesia untuk mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya
terhadap lingkungan hidup, meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.”
Selanjutnya
diungkapkan oleh Lubis (2004:1) “pencak silat merupakan salah satu budaya dari
bangsa Indonesia. Para pendekar dan pakar pencak silat menyakini bahwa
masyarakat melayu menciptakan dan menggunakan ilmu beladiri sejak masa
prasejarah, karena pada masa itu manusia harus menghadapi alam yang keras
dengan tujuan untuk melawan binatang buas pada akhirnya manusia mengembangkan
gerak gerik beladiri.”
Pencak
silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan).
Pada saat seorang pesilat bergerak ketika bertarung, Sikap dan gerakannya
berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah
menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan
lawan dengan suatu serangan yang cepat dan tepat.
Pencak silat juga merupakan seni beladiri, sehingga di
dalamnya terdapat unsur keidahan dan tindakan. Pencak silat merupakan hasil
budi dan akal manusia, lahir dari sebuah proses perenunngan, pembelajaran dan
pengamatan. Sebagai tata gerak, pencak silat dapat disamakan dengan tarian.
Bahkan pencak silat lebih kompleks, karena dalam tata geraknya terkandung
unsur-unsur pembelaan diri yang tidak ada dalam tarian. Sebagai hasil budaya,
pencak silat sangan kental dengan nilai dan norma yang hidup dan berlaku di
masyarakat.
Saat
ini, pencak silat sudah menjadi seni beladiri dunia perkembangannya cukup
membanggakan pada setiap kejuaraan dunia pencak silat dilaksanakan,lima benua
terwakili. Di jepang yang di kenak sebagai sumber bela diri dunia, Pencak silat
pun berkembang di sana. Bahkan bangsa Amerika Serikat telah mengakui keberadaan
bela diri bangsa Indonesia ini.
2.2.1.1.1 Aspek dan bentuk pencak silat
Terdapat 4 aspek utama dalam pencak
silat, yaitu:
- Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.
- Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
- Aspek Beladiri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu beladiri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
- Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olahraga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.
Bentuk pencak silat dan padepokannya
(tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang
ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas
perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah contoh
dari aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek beladiri dan
olahraga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat. Aspek
olahraga dan aspek beladiri
inilah yang telah membuat pencak silat menjadi terkenal di Eropa.
Hariyadi (200:2) “pencak silat bukan lagi hanya berfungsi
sebagai alat beladiri (teknis), namun juga sebagai sarana berolahraga
(atletika), sarana mencurahkan kecintaan dan rasa keindahan (estetika) dan
sebagai alat pendidikan mental dan rohani (etika).”
Bagaimanapun, banyak yang berpendapat
bahwa pokok-pokok dari pencak silat terhilangkan, atau dipermudah, saat pencak
silat bergabung pada dunia olah raga. Oleh karena itu, sebagian praktisi silat
tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau spiritual dari pencak silat, dan
tidak mengikuti keanggotaan dan peraturan yang ditempuh oleh Persilat, sebagai
organisasi pengatur pencak silat sedunia.
2.2.1.1.1.1 Kategori pencak silat
Kategori
tanding
Kategori
tanding adalah salah satu bentuk pertandingan pencak silat di samping kategori
Tunggal, Ganda dan Beregu. Yang di adakan digelanggang seluas 9x9 meter, Yang
di lapisi matras setebal maksimal 5 cm dengan permukaannya rata, tidak memantul
serta di tutup dengan alas yang tidak licin. Adapun jurus-jurus yang di gunakan
dalam kategori tanding semuanya berasal dari kaidah beladiri pencak silat,
namun tidak semua jurus dapat di gunakan karena dalam peraturan pertandingan
ada batasan-batasan yang harus di perhatikan di antaranya bagian tubuh yang
boleh di serang adalah dada, perut, punggung dan pinggang. Leher ke atas dan
kemaluan di larang untuk di serang. Oleh karena itu dalam pertandingan pencak
silat kategori tanding tidak akan di temukan jurus-jurus yang membahayakan dan
berakibat fatal bagi lawannya.
Pertandingan
pencak silat kategori tanding adalah pertandingan yang menampilkan 2 (dua)
orang pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan
unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis, mengelak, menyerang sasaran dan
menjatuhkan lawan, penggunaan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina
serta semangat juang merupakan pola untuk mendapatkan nilai.
Kategori
seni
Untuk
kategori seni dulu di kenal dengan pencak silat seni, kemudian
menjadi wiragama (seni silat tunggal), wirasangha (seni silat berpasangan) serta
wiraloka (seni silat beregu). Akan tetapi, sekarang lebih di kenal dengan istilah TGR ( Tunggal, Ganda, Regu).
“Kategori
tunggal adalah kategori pertandingan seni pencak silat yang menampilkan seorang
pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus baku tunggal secara benar, tepat,
mantap dan penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan bersenjata (Lubis,
2004:41)” sedangkan yang membedakan antara kategori tunggal, ganda dan regu
yaitu pada jumlah peserta.
Selanjutnya, hasil
keputasan Munas IPSI (2003:1) menjelaskan:
1.
Tunggal adalah:
Kategori pencak silat
yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus tunggal
baku secara benar,tepat dan mantap,penuh penjiwaan,dengan tangan kosong dan
bersenjata serta tunduk pada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk
kategori ini.
2.
Ganda adalah
Kategori pertandingan
pencak silat yang menampilkan dua orang pesilat dari kubu yang
sama,memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela pencak silat
yang di miliki.
3.
Regu adalah
Kategori pertandingan
pencak silat yang menampilkan tiga orang pesilat dari kubu yang sama
memperagakan kemahirannya dalam jurus regu baku secara benar,tepat,mantap,penuh
penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan
peraturan yang berlaku dalam kategori ini.
2.2.2 Hakikat pukulan lurus
Pukulan
lurus adalah pukulan yang di lakukan sejajar dengan bahu dengan tangan di
kepal. Teknik pukulan terbagi atas pukulan depan, bawah, atas, samping dan
pukulan siku.
Menurut Mukholid (2004:127) pukulan
dalam pencak silat merupakan salah satu serangan yang menggunakan lengan atau
tangan, setiap serangan mempunyai unsur : 1.sikap tangan atau lengan sebagai
alat serang, 2. Sikap kuda-kuda dan 3. Sikap tubuh. Sikap kuda-kuda maksudnya
adalah suatu sikap tangkai atau kaki yang menyesuaikan jenis serangan (pukulan)
yang di gunakan dan tergantung pada situasi yang ada, pada dasarnya sikap
tangkai (kuda-kuda) saat menyerang adalah situasional sekali, dan berat badan
biasanya pindah ke tungkai yang terdekat dengan sasaran.
Hal ini dalam rangka
untuk meraih keuntungan dalam penggunaan tenagayang efektif dan jangkauan yang
lebih jauh ke arah sasaran, sedangkan sikap tubuh maksudnya adalah sikap tbuh
dalam mengkoordinasikan gerakan yang menggunakan togok anggota tubuh dan tubuh
secara keseluruhan. Kecondongan tubuh ke arah sasaran saat mengenai sasaran,
dan salah satu bahu yang berada pada posisi sedekat mungkin ke arah sasaran
merupakan hal yang sangat penting dalam usaha penyerangan dengan tangan atau
lengan (pukulan).
Kekuatan
tangan yang di salurkan melalui kepalan mempengaruhi sekali pada hasil yang di
capai dalam menjatuhkan lawan. Walaupun ada titik-titik tertentu yang menjadi
kelemahan, namun hal yang paling mendukung adalah kerasnya kepalan tangan dan
kekuatan kuda-kuda, sehingga dapat di pastikan telaknya pukulan tersebut.
Untuk
lebih jelasnya dapat di gambarkan posisi dan teknik pukulan lurus sebagai
berikut:
·
Menggunakan
kuda-kuda dasar.
·
Pandangan lurus ke
depan dan melakukan teknis pukulan lurus seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.1 Bentuk pukulan lurus dari depan
2.2.3 Hakikat latihan push up
Latihan push-up atau latihan beban adalah salah
satu bentuk latihan yang banyak di gunakan dalam berbagai kegiatan olahraga
untuk meningkatkan prestasi yang maksimal.
Latihan
berbeban adalah salah satu latihan yang di berikan oleh para pelatih olahraga
kepada atlet dan olahragawan untuk mencapai prestasi yang maksimal, latihan
harus dilaksanakan dengan cara yang sistematis berulang-ulang dengan kian hari
kian bertambah beban latihannya terkontrol dan terprogram dengan baik. Dengan
demikian siswa atau atlet dapat melaksanakan latihan dengan sungguh-sungguh (Roji, 2009:65).
Muklis
(2009:24) mengemukakan latihan push up
adalah suatu jenis senam kekuatan yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep maupun trisep. Posisi awal tidur tengkurap dengan tangan disisi kiri kanan
badan. Kemudian badan didorong ke atas dengan kekuatan tangan posisi kaki dan
badan tetap lurus atau tegap. Setelah itu, badan diturunkan dengan tetap
menjaga kondisi badan dan kaki tetap lurus. Badan turun tanpa menyentuh lantai
atau tanah, naik lagi dan dilakukan secara berulang.
Dari
beberapa pengertian yang di kemukakan di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan
latihan berbeban adalah untuk membentuk perkembangan kekuatan otot-otot
tertentu, bentuk latihan push-up sebagai salah satu latihan otot lengan sehingga
dengan latihan yang baik akan menghasilkan suatu tolakan yang baik pula.
Push up merupakan salah satu latihan beban yang sangat baik
di lakukan manfaatnya adalah untuk menguatkan otot dada, bahu, lengan dan dapat
mengatur pernapasan.
Manfaat latihan Push Up, antara lain:(
Roji,2009:66)
1.
Push
Up
menguatkan otot Lengan, Bahu dan Dada. Gerakan push up yang terpusat pada tubuh
bagian atas akan membuat dada dan bahu anda kuat dan tegap, lengan anda sebagai
pusat penggerak akan mempunyai otot yang kekar dan kuat.
2.
Push
Up
juga membuat anda tidak mudah terkilir, terutama pada bagian lengan dan bahu.
Selain kuat otot lengan dan tubuh bagian atas menjadi lebih lentur.
3.
Push
Up
membantu melancarkan aliran darah ke kepala.
Sumber http://duniafitnes.com
Gambar 2.2 Push up
Jelas
bahwa dengan latihan push-up yang baik akan menghasilkan kondisi fisik yang
sangat di butuhkan oleh para atlet. dengan demikian latihan push-up merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan pukulan lurus yang baik. Hal ini juga
harus di tunjang dengan latihan dan program yang susun secara sistematis dan
terus menerus sehingga apa yang di harapkan bisa tercapai terutama pada
prestasi pencak silat.
2.2.4 Hakikat latihan pull up
Pull up merupakan salah satu latihan otot
punggung (lattisimus dorsi) terbaik
yang dilakukan dengan bergantungan pada sebuah palang/bar besi dan menarik
tubuh sampai dagu bisa sejajar (atau sedikit di atas) dengan bar tersebut.
Posisi kaki bisa lurus maupun ditekuk, namun umumnya adalah dengan menekuk
kaki. Latihan ini terutama melibatkan otot biceps
dan forearms, oleh sebab itu kunci
untuk dapat memainkan pull up dengan baik adalah melatih kekuatan pada biceps dan forearms anda.
Suherman (2005:12) Tradisional pull up bergantung pada kekuatan tubuh bagian atas tanpa berayun.
Target latihan murculus latisimus dorsi terutama otot dibagian lengan. Pull up yang mana tujuannya untuk
melatih kekuatan otot lengan.
Ibrahim (2005:85) Pull
up merupakan salah satu bentuk
latihan yang dapat menguatkan otot lengan sehingga dapat bermanfaat pada
olahraga yang membutuhkan otot lengan.
Dalam melakukan pull
up dengan performa yang baik, fokuskan kekuatan anda pada siku bukan pada
genggaman anda. Jika anda fokus pada genggaman tangan, maka otot biceps akan
menerima pengaruh yang lebih besar daripada otot punggung anda. Dengan
melakukan pull up, otot punggung,
bahu, dada, dan triceps akan terlatih
dengan baik.
Cara
Melakukan Pull Up (Roji, 2009:53)
Berikut
ini adalah tahapan pelaksanaan untuk melakukan latihan pull up:
•
Posisi badan menggantung dan tangan menggenggam bar
•
Posisi kaki bisa disilangkan dengan lutut ditekuk ke belakang
•
Posisi siku lurus
•
Badan diangkat hingga dagu melewati bar
•
Tarik nafas saat menurunkan badan dan hembuskan nafas saat mengangkat badan
Sumber http://axlextreme.com
Gambar 2.3 Pull up
Ketika anda melakukan Pull up hal utama yang harus di pertimbangkan adalah Grip.
Kebanyakan orang menggunakan overhand
grip (Normal pull up Grip) dengan
posisi telapak mengarah ke depan, beberapa memilih underhand grip (Chin up Grip)
posisi telapak mengarah ke tubuh, ada beberapa yang memilih Neutral Grip dengan posisi telapak
berhadapan satu sama lain.
Pull
up
merupakan salah satu bentuk latihan kekuatan otot yang dapat di kembangkan
melalui latihan-latihan yang intensif dan teratur. Dengan demikian latihan pull up juga mempunyai peran yang sangat
penting untuk menguatkan otot-otot, terutama pada otot lengan sehingga dapat
membantu untuk meningkatkan kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat,
sehingga apa yang di harapkan ke depan terutama prestasi olahraga pencak silat
bisa tercapai dengan baik.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka,
sesuai dengan yang di uraikan sebelumnya, maka dapat di buat suatu kerangka
konsep sebagai berikut: laithan push up
atau latihan pull up merupakan dua
jenis latihan yang sangat membantu dalam peningkatan terhadap kemampuan pukulan
lurus pada olahraga pencak silat. Latihan push
up adalah suatu jenis senam kekutan
yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep
maupun trisep, ( Muklis, 2009:24 )
sedangkan latihan pull up adalah
salah satu bentuk latihan yang dapat menguatkan otot lengan sehingga dapat
bermanfaat pada olahraga yang membutuhkan otot lengan ( Ibrahim, 2005:85 ).
Kemampuan biomotorik yang mempunyai pengaruh dalan olahragapencak silat
khususnya pada kemampuan pukulan lurus terdapat diantara dua jenis latihan
yaitu latihan push up atau latihan pull up.
2.4 Hipotesis
penelitian
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan, maka di rumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut” terdapat perbedaan pengaruh latihan push up dan latihan pull up
terhadap kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat siswa putra kelas
VIII SMP Negeri 19 Palu.”
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Metode eksperimen adalah metode yang bertujuan untuk menentukan data yang
diperoleh melalui proses pegukuran untuk mendapatkan data yang objektif,
kuantitatif dan hasilnya dapat diolah secara statistic dengan tujuan sejauh mana perbedaan pengaruh latihan push up dan latihan pull up terhadap kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak
silat.
3.2 Rancangan penelitian
penelitian yang di gunakan adalah metode
eksperimen dengan rancangan pre-test dan post-test group (Arikunto,2006:85)
yang di gambarkan sebagai berikut:
|
Kelompok
|
Pretest
|
Treatment
|
Posttest
|
|
|
R
|
A
B
C
|
|
-
|
|
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Keterangan:
A : Kelompok yang akan melakukan latihan push up
B : Kelompok yang akan melakukan latihan pull up
C : Kelompok Kontrol
: Tes
awal kelompok latihan push up
: Tes awal kelompok latihan pull up
3.1 : Tes Awal Kelompok Kontrol
: Latihan push up
:
Latihan pull up
−
Konvensional
: Tes akhir kelompok latihn push up
: Tes akhir kelompok latihan pull up
3.2 : Tes Akhir Kelompok Kontrol
3.3
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di SMP Negeri 19 Palu. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan
2 minggu terhitung sejak dikeluarkannya izin meneliti hingga batas waktu yang
ditentukan.
3.4
Populasi dan Sampel
Populasi
Sugiyono (2002:57) memeberikan pengertian
bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi dari objek atau subjek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 19 Palu yang berjumlah
keseluruhan 50 orang
Sampel
Arikunto
(2002:107 ) menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi ( sebagian atau wakil populasi yang
diteliti ). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.”
Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik random
sampling, artinya pengambilan sampel di lakukan secara acak, tanpa
memperhatikan ukuran dan tinggi badan yang ada dalam populasi. Sehingga dari
jumlah populasi 50 orang siswa putra dengan teknik pengambilan sampel secara
acak maka jumlah atau besarnya sampel di tentukan sebesar 30 orang dimana 20 orang untuk kelompok experiment(10 orang untuk kelompok
latihan push up dan 10 orang untuk
kelompok latihan pull up) dan 10 orang
untuk kelompok control.
3.5 Definisi operasional Variabel
Latihan
push up adalah suatu jenis senam
kekuatan yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep dan trisep.
Latihan
pull up merupakan salah satu latihan
otot punggung ( lattisimus dorsi )
terbaik yang di lakukan dengan bergantung pada sebuah palang / bar besi dan
menarik tubuh sampai dagu bisa sejajar ( atau sedikit ) dengan bar tersebut.
Pukulan
lurus/ depan adalah serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal dengan
titik sasarannya atas, tengah dan bawah. Jadi yang dimaksud dengan pukulan
lurus di sini adalah kemampuan seseorang melakukan pukulan lurus dalam cabang
olahraga pencak silat yang baik dan benar sesuai dengan peraturan yang
sebenarnya.
3.6
Jenis dan Sumber Data
Jenis
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu kuantitatif. Dan sumber data
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
data primer. Data primer adalah data yang di peroleh secara langsung
dari responden yang didapatkan dengan cara eksperimen.
Populasi
dalam penelitian ini addalah siswa putra kelas VIII SMP Negeri 19 Palu.
Berdasarkan populasi tersebut kemudian ditentukan sampel yang akan diteliti.
3.7 Pengumpulan data
Untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini di lakukan dengan menggunakan test dan pengukuran,
antar lain sebagai berikut:
1. Tes latihan push
up untuk kelompok push up selama
1 menit
2. Tes latihan pull
up untuk kelompok pull up selama
1 menit
3. Kelompok latihan push-up kemampuan pukulan lurus selama 1
menit
Pelaksanaan:
Melakukan pukulan lurus pada aba-aba siap”ya”bersamaan dengan stopwatch
dijalankan siswa melakukan pukulan lurus sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit.
Setelah mencapai waktu 1 menit stopwatch dihentikan dan siswa berhenti
melakukan pukulan lurus.
Penilaian:
Jumlah pukulan lurus yang benar dihitung berapa kali siswa mampu
melakukan pukulan lurus dan hasil tes dicatat dalam blanko penilaian.
4. Kelompok latihan pull-up kemampuan pukulan lurus selama 1 menit
Pelaksanaan: Melakukan pukulan lurus pada aba-aba
siap”ya”bersamaan dengan stopwatch dijalankan siswa melakukan pukulan lurus
sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit. Setelah mencapai waktu 1 menit stopwatch
dihentikan dan siswa berhenti melakukan pukulan lurus.
Penilaian: Jumlah pukulan lurus yang benar dihitung
berapa kali siswa mampu melakukan pukulan lurus dan hasil siswa dicatat dalam
blanko penilaian.
5. Kelompok Kontrol kemampuan
pukulan lurus selama 1 menit
Pelaksanaan:
Melakukan pukulan lurus pada aba-aba siap”ya”bersamaan dengan stopwatch
dijalankan siswa melakukan pukulan lurus sebanyak mungkin dalam waktu 1 menit.
Setelah mencapai waktu 1 menit stopwatch dihentikan dan siswa berhenti
melakukan pukulan lurus.
Penilaian: Jumlah pukulan lurus yang benar dihitung
berapa kali siswa mampu melakukan pukulan lurus dan hasil siswa dicatat dalam
blanko penilaian.
3.8
Instrumen penelitian
Alat
dan fasilitas yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini perlu
dipersiapkan karena alat dan fasilitas pelaksanaan tes merupakan penentu
tingkat validitas data yang diperoleh.
Adapun alat dan fasilitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Stopwatch
2.Blanko penilaian
3.lapangan
4. Kamera ((alat
dokumentasi)
3.9 Teknik Analisis Data
Analisis terhadap data hasil peningkatan
kemampuan pukulan lurus dalam olahraga pencak silat. Yang di peroleh melalui
kegiatan penelitian ini adalah analisis deskriptif dan inferensial yang dapat
di uraikan sebagai berikut:
Analisis deskriptif
Analisis
deskriptif dalam kegiatan penelitian ini di maksudkan untuk melakukan
perhitungan terhadap rata-rata simpangan baku,atau standar deviasi,pembuatan
distribusi frekuensi.
Analisis inferensial
Penggunaan
analisis inferensial untuk mendapatkan perhitungan dan pengujian hipotesis,
serta untuk kepentingan generalisasi hasil penelitian sebelumnya melakukan
pengujian hipotesis uji-t, maka terlebih dahulu di lakukan uji persyaratan
analisis yang berupa uji homogenitas varians sampel dengan menggunakan uji
Bartlett adapun teknik analisis data tersebut adalah sebagaimana yang tertuang
dalam uji-t
t
=
Ket:
=
rata-rata kelompok 1
=
rata-rata kelompok 2
=
jumlah sampel kelompok 1
=
jumlah sampel kelompok 2
=
varians gabungan
S =
Di
mana:
S = varian gabungan
=
varian kelompok 1
=
varian kelompok 2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Deskripsi Penelitian Variabel
( Pre Test Kelompok
Latihan Push – Up sebelum eksperimen
)
Kegiatan penelitian ini di lakukan dengan
menggunakan metode eksperimen, karena
itu diadakan pre test atau tes awal sebelum kegiatan eksperimen. Data hasil tes
awal ini di beri symbol
dari hasil analisis
data yang dilakukan untuk variabel
diperoleh skor tertinggi 99 dan skor terendah 65 sedang skor
rata – rata diperoleh 80, standar deviasi 131,77. Distribusi hasil penelitian untuk
variabel
dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel
4.1. Daftar distribusi Frekuensi Variabel
|
No.
|
Kelas
Interval
|
Frekuensi
|
|
1
|
65
– 73
|
4
|
|
2
|
74
– 82
|
2
|
|
3
|
83
– 91
|
3
|
|
4
|
92
– 100
|
1
|
|
Jumlah
|
10
|
|
4.1.2
Deskripsi Penelitian Variabel
( Post Test Kelompok
Latihan Push – Up setelah eksperimen
)
Skor
data variebel
adalah skor data yang disusun setelah melakukan eksperimen. Data
yang terkumpul menunjukkan skor tertinggi 127 dan skor terendah 88 sedang skor
rata – rata diperoleh 109,9, standar deviasi 212,98. Distribusi hasil penelitian untuk
variabel
dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.2. Daftar
distribusi Frekuensi Variabel
|
No.
|
Kelas Interval
|
Frekuensi
|
|
1
|
88 – 97
|
3
|
|
2
|
98 – 107
|
1
|
|
3
|
108 – 117
|
2
|
|
4
|
118 – 127
|
4
|
|
Jumlah
|
10
|
|
4.1.3
Deskripsi Penelitian Variabel
( Pre Test Kelompok
Latihan Pull – Up sebelum eksperimen
)
Skor data variebel
adalah skor data yang disusun sebelum melakukan eksperimen. Data
yang terkumpul menunjukkan skor tertinggi 73 dan skor terendah 51 sedang skor
rata – rata diperoleh 60,9, standar deviasi 67,87. Distribusi hasil penelitian untuk
variabel
dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.3. Daftar distribusi Frekuensi Variabel
|
No.
|
Kelas Interval
|
Frekuensi
|
|
1
|
51 – 56
|
3
|
|
2
|
57 – 62
|
1
|
|
3
|
63 – 68
|
2
|
|
4
|
69 – 74
|
4
|
|
Jumlah
|
10
|
|
4.1.4
Deskripsi Penelitian Variabel
( Post Test Kelompok
Latihan Pull – Up setelah eksperimen
)
Skor data variebel
adalah skor data yang disusun setelah melakukan eksperimen. Data
yang terkumpul menunjukkan skor tertinggi 99 dan skor terendah 64 sedang skor
rata – rata diperoleh 78,9, standar deviasi 144,98. Distribusi hasil penelitian untuk
variabel
dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.4. Daftar
distribusi Frekuensi Variabel
|
No.
|
Kelas Interval
|
Frekuensi
|
|
1
|
64 – 72
|
5
|
|
2
|
73 – 81
|
1
|
|
3
|
82 – 90
|
2
|
|
4
|
91 – 99
|
2
|
|
Jumlah
|
10
|
|
4.1.5
Deskripsi Penelitian Variabel X3.1 ( Post Test Kelompok Kontrol
sebelum eksperimen )
Skor data variebel
adalah skor data yang disusun setelah melakukan eksperimen. Data
yang terkumpul menunjukkan skor tertinggi 64 dan skor terendah 41 sedang skor
rata – rata diperoleh 51, standar deviasi 67,33, median 50,1, dan modus 48,75.
Distribusi hasil penelitian untuk variabel
dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.5. Daftar distribusi Frekuensi Variabel X3.1
|
No.
|
Kelas Interval
|
Frekuensi
|
|
1
|
41 – 46
|
2
|
|
2
|
47 – 52
|
5
|
|
3
|
53 – 58
|
0
|
|
4
|
59 – 64
|
3
|
|
Jumlah
|
10
|
|
4.1.6
Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X3.2
( Post
Test Kelompok Kontrol setelah eksperimen )
Skor data variebel
adalah skor data yang disusun setelah melakukan eksperimen. Data
yang terkumpul menunjukkan skor tertinggi 82 dan skor terendah 55 sedang skor
rata – rata diperoleh 67, standar deviasi 78,44. Distribusi
hasil penelitian untuk variabel
dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.6. Daftar distribusi Frekuensi Variabel X3.2
|
No.
|
Kelas Interval
|
Frekuensi
|
|
1
|
55 – 61
|
3
|
|
2
|
62 – 68
|
1
|
|
3
|
69 – 75
|
3
|
|
4
|
76 – 82
|
2
|
|
Jumlah
|
10
|
|
4.2
Pengujian Persyaratan Hipotesis
Hipotesis yang menjadi sasaran uji dalam
penelitian ini adalah mengukur perbedaan pengaruh latihan push – up dan latihan pull –
up terhadap kemampuan pukulan lurus. Data yang digunakan adalah skor
kemampuan latihan push – up sebelum
eksperimen (
) dengan
skor kemampuan latihan push – up
setelah eksperimen (
), skor
latihan pull – up sebelum eksperimen (
) dengan skor kemampuan latihan pull – up setelah eksperimen (
),
skor tes awal kelompok kontrol (X3.1)
dengan skor tes akhir kelompok kontrol (X3.2).
Untuk kepentingan ini, pengujian
persyaratan analisis yang digunakan adalah uji homogenitas varians sampel
Tabel
4.7. Daftar Hasil Pengujian Homogenitas Data
|
No.
|
Homogenitas
|
|
|
Kesimpulan
|
|
1.
|
dengan
|
0,62
|
3,84
|
Homogen
|
|
2.
|
dengan
|
1,26
|
3,84
|
Homogen
|
|
3.
|
X3.1
dengan X3.2
|
0,05
|
3,84
|
Homogen
|
Dari
tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh nilai
lebih kecil dari nilai
dimana
= 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data hasil
penelitian untuk seluruh variabel memiliki varians yang homogen.
4.3
Pengujian Hipotesis
|
H0
|
|
0
|
|
Gambar 4.7. Kurva
penerimaan dan penolakan hipotesis (
dan
)
|
|
- 2,10
|
|
2,10
|
|
H1
|
|
H1
|
|
- 5,17
|
Dengan
berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang
homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata
untuk uji dua pihak. Dalam pengujian ini
dilakukan pengujian hipotesis komparasi
antara
dengan
. Hasil
pengujian menunjukkan harga
sebesar -
3,96, sedang dari daftar distribusi diperoleh
sebesar 2,10. Ternyata harga
lebih kecil dari
atau harga
telah berada diluar daerah penerimaan
. Dengan
demikan dapat disimpulkan bahwa
ditolak dan dapatt menerima
. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada kurva.
|
|
|
|
|
H0
|
|
0
|
|
Gambar 4.8. Kurva
penerimaan dan penolakan hipotesis (
dan
)
|
|
- 2,10
|
|
2,10
|
|
H1
|
|
H1
|
|
- 3,96
|
Dengan
berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang
homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata
untuk uji dua pihak. Dalam pengujian ini
dilakukan pengujian hipotesis komparasi
antara X3.1 dengan
X3.2. Hasil
pengujian menunjukkan harga
sebesar - 4,26,
sedang dari daftar distribusi diperoleh
sebesar 2,10. Ternyata harga
lebih kecil dari
atau harga
telah berada diluar daerah penerimaan
. Dengan
demikan dapat disimpulkan bahwa
ditolak dan dapat menerima
. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada kurva.
|
|
|
H0
|
|
0
|
|
Gambar 4.9. Kurva penerimaan dan penolakan
hipotesis (X3.1 danX3.2
)
|
|
- 2,10
|
|
2,10
|
|
H1
|
|
H1
|
|
- 4,26
|
Dengan
berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang
homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata
untuk uji dua pihak. Dalam pengujian ini
dilakukan pengujian hipotesis komparasi
antara
dengan
. Hasil
pengujian menunjukkan harga
sebesar 5,26, sedang
dari daftar distribusi diperoleh
sebesar 2.05. Ternyata harga
lebih besar
dari
atau harga
telah berada
di
daerah penerimaan
. Dengan
demikan dapat disimpulkan bahwa
ditolak dan dapat menerima
. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada kurva.
|
|
|
|
|
H0
|
|
0
|
|
- 2,10
|
|
2,10
|
|
5,26
|
|
Gambar 4.10. Kurva penerimaan dan penolakan
hipotesis (
dan
)
|
|
H1
|
|
H1
|
Dengan
berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang
homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata
untuk uji dua pihak. Dalam pengujian ini
dilakukan pengujian hipotesis komparasi
antara
denganX3.2 . Hasil pengujian menunjukkan
harga
sebesar 2,56, sedang
dari daftar distribusi diperoleh
sebesar 2.05. Ternyata harga
lebih besar dari
atau harga
telah berada di daerah penerimaan
. Dengan
demikan dapat disimpulkan bahwa
ditolak dan dapat menerima
. Untuk
jelasnya dapat dilihat pada kurva.
|
|
|
|
|
2,56
|
|
Gambar 4.11. Kurva
penerimaan dan penolakan hipotesis (
danX3.2 )
|
|
H0
|
|
0
|
|
- 2,10
|
|
2,10
|
|
H1
|
|
H1
|
Dengan
berdasarkan pada data hasil penelitian yang memiliki varians populasi yang
homogen, maka dalam pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata – rata
untuk uji dua pihak. Dalam pengujian ini
dilakukan pengujian hipotesis komparasi
antara
dengan X3.2 . Hasil pengujian menunjukkan
harga
sebesar 8,07, sedang
dari daftar distribusi diperoleh
sebesar 2.05. Ternyata
harga
lebih besar dari
atau harga
telah berada diluar daerah penerimaan
. Dengan
demikan dapat disimpulkan bahwa
ditolak dan dapat menerima
.
Untuk jelasnya dapat dilihat pada kurva.
|
|
|
|
|
H0
|
|
0
|
|
88,07
|
|
Gambar 4.12. Kurva penerimaan dan penolakan
hipotesis (
dan X3.2 )
|
|
- 2,10
|
|
2,10
|
|
H1
|
|
H1
|
4.4 Pembahasan
Dengan
memperhatikan hasil pengujian hipotesis, baik komparasi antara
dengan
,
komparasi antara
dengan
,
komparasi antara X3.1
dengan X3.2, maupun komparasi antara
dengan
,
komparasi antara
dengan X3.2 dan komparasi antara
dengan X3.2 , menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara skor latihan
push – up, latihan pull – up dan kelompok kontrol. Dengan demikian, hipotesis
yang
berbunyi “ perbedaan pengaruh latihan push
– up dan latihan pull – up
terhadap kemampuan pukulan lurus pada olahraga pencak silat siswa putra SMP
Negeri 19 Palu “ dapat diterima.
Penelitian
ini dilakukan terhadap dua bentuk latihan yaitu latihan push – up dan latihan pull –
up, untuk mengetahui perbedaan hasil dari keduanya dan untuk memperoleh gambaran
tentang latihan yang lebih efektif digunakan dalam meningkatkan kemampuan
pukulan lurus pada siswa SMP Negeri 19 Palu.
Bentuk
latihan push – up merupakan suatu
jenis senam kekuatan yang berfungsi untuk menguatkan otot bisep maupun trisep,
sehingga latihan ini sangat memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan pukulan lurus,
dibandingkan dengan latihan pull – up.
Sehingga latihan push – up lebih baik
digunakan untuk meningkatkan kemampuan pukulan lurus.
Dari
hasil eksperimen yang dilakukan, menunjukkan adanya gambaran bahwa setiap siswa
yang mengikuti latihan pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti
latihan. Namun hal ini perlu ditunjang adanya kedisiplinan dalam latihan yang
dilakukan secara intensif dan teratur.
Kendala
yang dihadapi selama pelaksanaan eksperimen, antara lain berupa keterbatasan
waktu latihan yang telah dijadwalkan, dan ketidakdisiplinan siswa dalam
mengikuti latihan diakibatkan kondisi yang kurang mendukung.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pada hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi”Terdapat
Perbedaan Pengaruh latihan Push up
dan Latihan Pull up Terhadap
Kemampuan Pukulan Lurus Pada Olahraga Pencak Silat Siswa Putra Kelas VIII SMP
Negeri 19 Palu” dapat diterima dengan
lebih besar dari
atau harga
telah berada diluar daerah penerimaan H0
ditolak dan dapat menerima H1. Dalam hal ini upaya peningkatan
prestasi siswa dalam olahraga pencak silat khususnya kemampuan pukulan lurus
dapat dilakukan melalui pelaksanaan latihan yang intensif dan terprogram.
5.2 Saran
Sehubungan
dengan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis dapat mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1.
Dalam rangka
meningkatkan prestasi siswa pada cabang olahraga pencak silat, maka sangat
diharapkan peran serta dan partisipasi dari pihak pemerintah untuk dapat
memberikan dukungan fasilitas berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
kegiatan latihan.
2.
Untuk
mengintensifkan pelaksanaan latihan pada olahraga pencak silat, peran serta
orang tua sangat dibutuhkan terutama dalam memberikan motivasi dan pengawasan
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak diluar jam sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Suherman, Adang (2005). Asesmen Belajar Dalam Pendidikan
Jasmani.
Jakarta: Erlangga
Gunawan,
Arief Gugun. ( 2007). Beladiri. Yogyakarta:
PT Insan Madani.
Kotot, R Hariyadi. (2002). Teknik Dasar Pencak Silat Tanding, Seni
Bela Diri. Jakarta: PT Dian Rakyat.
Sono, H. Purnawan. (2011). Pengaruh Latihan Beban Kettler Terhadap
Kemampuan Tendangan Lurus ke Depan Dalam Cabang Olahraga Pencak Silat Pada
Siswa Perguruan Satria Muda Indonesia Kota Palu. Skripsi Sarjana Pada
FKIP Universitas Tadulako Palu : Tidak Diterbitkan.
Haryo, Ben. (2005). Seniman Beladiri (Martial Artist). Jakarta Selatan: Fukaseba Publications.
Lubis,
Johansyah. (2004). Pencak Silat (Paduan
Praktis) Devisi Buku Olahraga. Jakarta: Rajawali Sport.
Mukholid, Agus.( 2004). Pendidikan Jasmani Kelas 1 SMA. Surakarta:
Yudistira.
Muklis.(
2009). Kesegaran Jasmani. Surabaya: PT
Temprina Media Grafika
Munas IPSI.(2003). Peraturan Pertandingan Pencak Silat IPSI.
DKI JAYA: Pengurus Besar IPSI.
Rusli, Ibrahim. (2005). Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta:
Intan Pariwara
Roji. (2009). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas 3 SMP. Jakarta: Erlangga.
----.
(2009). Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Kelas 2 SMP. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2000). Statistika Untuk Penelitian. Bandung:
Penerbit CV. Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pemdekatan dan
Praktik. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Tri, Wahyuni Lilis. (2011). Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap
Kemampuan Tendangan Sisi (T) Dalam Cabang Olahraga Pencak Silat Nusantara Palu.
Skripsi Sarjana Pada FKIP Universitas Tadulako Palu : Tidak Diterbitkan.
Utomo, Bambang. (2002). Aikido (Seni Beladiri Dan Filosofi ). Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.